International Association of Business Communicators (IABC Indonesia) dan @atamerica menghadirkan sesi mentorship dengan mentor pilihan dari beragam latar belakang profesi untuk memberikan saran dan tips karir memasuki bursa kerja.
Jakarta, 3 Oktober 2025 – Memasuki dunia kerja di era sekarang bukanlah hal yang mudah, terutama bagi generasi Z yang baru lulus kuliah atau sedang merintis karier. Perubahan teknologi yang begitu cepat, persaingan global yang semakin ketat, serta tuntutan untuk memiliki soft skills yang mumpuni membuat banyak anak muda merasa perlu memiliki “bekal khusus” agar bisa bertahan sekaligus berkembang.
Menjawab kebutuhan tersebut, International Association of Business Communicators (IABC – Indonesia Chapter) berkolaborasi dengan @atamerica menghadirkan Career Mentorship bertema “Expert’s Guide to the Job Market”. Program ini ditujukan bagi individu di tahap awal maupun pertengahan karier yang ingin mengembangkan diri, menavigasi perjalanan profesional mereka, sekaligus membangun jejaring dengan para profesional yang ahli dari berbagai bidang.
Program ini menghadirkan lima mentor dari beragam sektor yaitu swasta, publik, kewirausahaan, hingga konsultan profesional, yang membagikan wawasan berharga dari perjalanan karir mereka.
Sesi Mentorship yang telah memasuk batch IV ini dibuka oleh Vandy R. Makki, Chief People Officer Manulife Indonesia, menyatakan, “Perubahan yang kita alami saat ini di dunia profesional dan industri terjadi jauh lebih cepat dalam 10 tahun terakhir.” Menurutnya, perubahan tersebut bisa berdampak baik maupun buruk, tergantung pada mindset yang kita miliki. Beliau menekankan pentingnya memiliki dua jenis mindset, yaitu learning dan unlearning. Learning berarti terus membuka diri untuk mempelajari hal-hal baru, seperti perkembangan kecerdasan buatan (AI) yang kini menjadi bagian penting dalam cara kita bekerja dan berkreasi, sementara unlearning adalah kemampuan untuk menyesuaikan dan mengubah cara pandang ketika pengetahuan lama mulai tidak relevan agar tetap fleksibel menghadapi dinamika perubahan.
Selain itu, Vandy menekankan pentingnya menanamkan kebiasaan continuous learning process, karena perubahan yang begitu cepat menuntut kita bukan hanya untuk memahami apa yang terjadi, melainkan juga membangun resiliensi dalam menghadapinya. Ia juga mengingatkan bahwa close mindset adalah hal yang harus diubah, sebab sering kali kita hanya melihat sisi negatif dari sebuah perubahan, padahal selalu ada peluang yang dapat dimanfaatkan. Dengan menjaga pikiran tetap terbuka, berani mencoba hal-hal baru, dan tidak menolak untuk belajar, kita akan lebih mampu beradaptasi serta melihat peluang di balik setiap tantangan, sehingga bisa bertahan dan berkembang di tengah cepatnya arus perubahan.

Dilanjutkan oleh Shanti Ruwyastuti, Erickson Professional Coach, yang dalam sesi sharing menjelaskan bagaimana coaching dapat membantu Gen Z mengambil keputusan karier yang lebih terarah. Menurutnya, setiap orang memiliki potensi, namun tidak semua menyadarinya, sehingga tujuan utama coaching adalah menggali dan mengeluarkan potensi tersebut. Ia menambahkan bahwa tugas seorang coach adalah memberikan panduan di tengah banjir informasi di era digital, agar peserta dapat menemukan kejelasan, arahan, dan kepercayaan diri dalam menapaki perjalanan karier. Beliau juga menegaskan bahwa coaching penting bagi Gen Z karena tidak hanya membantu mengarahkan potensi dan tujuan, tetapi juga meningkatkan kemampuan pengambilan keputusan serta mengurangi stres akibat arah navigasi yang seringkali terdisrupsi karena meluapkan misinformasi dan disinformasi.

Mentor Wing Antariksa, Vice Chairman of Indonesian Society of Human Resources, menyampaikan “Untuk memenangkan kompetisi awal dalam memulai karier hanya dibutuhkan skills, knowledge, dan attitude.”Dari ketiga hal tersebut, ia menekankan bahwa yang paling menentukan adalah attitude, karena merupakan bagian penting dari soft skills dan kepemimpinan. Menurutnya, keterampilan kepemimpinan bisa mulai dibangun sejak di bangku kuliah melalui pengalaman berorganisasi dan memperluas jaringan. Ia juga menambahkan, “If you want to be a leader, you can start from now.” Karena masih muda, wajar jika banyak melakukan kesalahan, namun justru dari kesalahan itulah akan lahir pembelajaran berharga untuk berkembang.

Melanjutkan sesi berikutnya, Feliciana Wienathan, Communications Manager Google Indonesia, membagikan sejumlah wawasan penting bagi Gen Z dalam menapaki dunia kerja. Ia menekankan pentingnya menciptakan keunikan di tengah persaingan yang ketat dengan tetap mampu mengomunikasikan keaslian diri atau authenticity. Selain itu, ia juga menyoroti keterampilan masa depan yang berfokus pada manusia, khususnya human-centered skills dan kemampuan komunikasi yang efektif. Dalam konteks perusahaan teknologi, ia menjelaskan konsep membangun karier yang anti-fragile, yaitu resiliensi yang membuat individu tidak hanya mampu bertahan, tetapi juga semakin kuat menghadapi tekanan dan perubahan. Lebih jauh, Feliciana mendorong generasi muda untuk menjadi seorang intrapreneur di perusahaan besar, serta mengadopsi strategi job hunting berbasis growth mindset agar lebih adaptif dan siap menghadapi tantangan karier di masa depan.

Terakhir, Haikal Basagili, Brand Consultant & CEO Beranda Brand, membahas pentingnya branding diri dan karier di era digital. Ia menekankan bahwa membangun entrepreneurial mindset sejak dini sangatlah penting, tidak hanya bagi mereka yang ingin menjadi pengusaha, tetapi juga bagi profesional muda yang ingin menonjol di dunia kerja. Menurutnya, personal branding bukanlah sesuatu yang hanya dibutuhkan oleh para influencer, melainkan juga menjadi kunci bagi Gen Z profesional agar dapat dikenal, dipercaya, dan dihargai di lingkungan kerja. Dengan personal branding yang kuat, setiap individu dapat menunjukkan nilai uniknya sekaligus membuka lebih banyak peluang dalam perjalanan karier mereka.

Sebagai rangkaian terakhir, program Career Mentorship ini ditutup dengan sesi networking yang memberikan kesempatan bagi para peserta untuk terhubung langsung dengan para mentor maupun sesama profesional muda. Melalui sesi ini, peserta tidak hanya mendapatkan wawasan praktis dari pengalaman para mentor, tetapi juga dapat memperluas jejaring yang berharga untuk perjalanan karier mereka ke depan.

Elvera N. Makki, President, IABC Indonesia, menyatakan, “Mentorship merupakan aksi nyata dari misi komunitas IABC di Indonesia, yaitu untuk menumbuhkan generasi komunikator yang lebih kuat, percaya diri, dan semakin relevan dengan kebutuhan dunia bisnis saat ini. Kehadiran para pakar sebagai mentor, memberikan akses pengalaman, nilai, dan cara berpikir strategis yang jarang didapatkan dari pendidikan formal. Diharapkan mentorship program ini membantu pembentukan karakter komunikator yang berintegritas, berdampak, dan mampu menjawab tantangan global.”

IABC Mentorship menjadi bagian dari “Road to IABC Indonesia Conference and Awarding Night 2025” yang akan diselenggarakan pada 24 Oktober mendatang di St. Regis Hotel, Jakarta. Ajang tahunan prestigious ini mengambil tema Strategic Communications at the Heart of Trust, Humanity, and Digital Impact”.
“Selaras dengan tema inti tersebut, pada kesempatan ini kami ingin agar praktisi komunikasi tidak hanya mengembangkan karir individu, tetapi juga memajukan peran komunikasi sebagai penggerak bisnis yang manusiawi, berdampak, dan berkelanjutan.” tutup Elvera.

















